Wacana Prabowo Ganjar Muncul, Djumongkas Hutagaol Ingatkan Banyak Problem

Wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto kembali mencuat menjelang Pilpres 2024.

topmetro.news – Wacana menduetkan Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto kembali mencuat menjelang Pilpres 2024. Bahkan informasinya, Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoiputri dan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto pun berencana bertemu dalam waktu dekat.

Isu ini pun dapat tanggapan dari berbagai kalangan dari tingkat nasional hingga regional. Termasuk dari tokoh masyarakat Sumut, Djumongkas Hutagaol, saat berbincang-bincang dengan wartawan yang menemuinya, Senin (25/9/2023).

Politisi senior PDI Perjuangan ini menilai, wacana tersebut (Duet Ganjar Prabowo), akan sulit terwujud.

Kalaupun jadi terwujud, akan banyak problem atau permasalahan yang muncul, khususnya dari pihak Prabowo Subianto. Dan tentunya, lanjut JH, sapaan akrab Djumongkas, penentuan soal siapa yang jadi capres, akan sulit juga.

“Kita semua kan tahu, seperti apa Prabowo itu. Misalnya dari soal masa lalu, temperamental, maupun fisik. Demikian juga soal koordinasi. Soal koordinasi ini, saya mencontohkan, bagaimana saat Prabowo selaku Menhan RI, membuat tindakan sendiri soal Perang Rusia Ukraina, tanpa koordinasi dengan presiden,” katanya.

“Itu masih sebagai menteri. Bagaimana pula kalau jadi wapres. Dan bagaimana lagi kalau jadi presiden. Apakah akan mengenal istilah koordinasi apalagi demokrasi alias musyawarah mufakat,,,?” lanjut JH.

Demikian juga soal masa lalu, kata JH, masih menjadi hal yang tidak bisa lepas dari sosok Prabowo, terutama soal isu penculikan aktifis. “Apalagi fakta, bahwa Prabowo pernah dipecat oleh DKPP dari militer. Apakah pecatan militer bisa menjadi Panglima Tertinggi RI…?” tanyanya.

Menurutnya, hal itu semua tentu akan menjadi problem, apabila Ganjar dan Prabowo bergabung, meski peluang menang memang sangat besar. “Mungkin peluang menang akan sangat besar. Tapi tentu apa yang saya sebutkan di atas, tidak bisa juga serta-merta kita abaikan,” katanya.

Menurut JH, siapa pun pengambil kebijakan soal paket capres cawapres di PDI Perjuangan, mesti mempertimbangkan hal tersebut. “Paling tidak harus adalah semacam ‘obat’, sehingga calon pemilih bisa menerima. Masalahnya, ‘obat’ seperti apa yang bisa…? Mudah-mudahan PDI Perjuangan punya,” sambung JH.

Mega Jokowi

Selain itu, JH juga menyoroti opini sebagian publik yang menyebut, seolah-olah hubungan Megawati dengan Jokowi renggang. “Menurut saya, itu adalah sebagian dari trik atau strategi politik. Apalagi kita tahu, bahwa strategi politik Jokowi memang sangat sulit ditebak. Jadi saya pribadi tidak yakin kalau hubungan Bu Mega dan Jokowi tidak harmonis. Tidak ada itu,” tegasnya.

Bahkan Djumongkas menilai, bahwa hubungan yang seolah-olah retak itu merupakan cara untuk ‘mempressure’ siapa saja terkait Pilpres 2024. “Sehingga kalau kita kaitkan kembali ke capres cawapres, saya nilai itu bertujuan agar Ganjar tetap capres, meskipun misalnya Prabowo bergabung,” katanya.

Soal kemungkinan Prabowo jadi cawapresnya Ganjar, JH melihat, itu barangkali opsi yang akan diambil Megawati dan PDI Perjuangan. Hanya saja, kata JH, bagaimana pula dengan Partai Gerindra dengan koalisinya yang sudah mencapreskan Prabowo? Apakah bersedia jadi cawapres?

“Tapi menurut saya gini saja. Saat masih fresh dulu, Prabowo kan bersedia juga menjadi cawapres Megawati. Lalu kalau dengan keadaan sekarang ini apakah tidak semakin baik kalau tawaran jadi cawapres tetap ada?” tanya JH.

Terakhir, JH juga ingin tahu, andai misalnya jadi presiden, seperti apa nantinya Prabowo Subianto tampil di publik. “Maksud saya, apakah akan cari calon Ibu Negara dulu sebelum pilpres? Dan andai mencari sebelum atau sesudah pilpres pun, kita tentu sudah tahu arahnya. Dan lagi-lagi kemungkinan akan menambah perseberangan sebenarnya dengan Megawati dan PDI Perjuangan. Lain hal kalau jadi cawapres, mungkin masalah Ibu Negara tidak jadi persoalan,” tutupnya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment